MASA BALITA
Hari Senin tanggal 9 September 1996 saya dilahirkan di Pulau Belitung di RS.PT. Timah Belitung jam 6.00 pagi. Nama saya adalah Norman Fahryl, kalo di sekolah norman kalo di rumah Fahryl tapi nama malem gak ada *krik. Saya merupakan anak bungsu yang telah lama di nantikan karena orang tua saya ingin sekali mempunyai anak laki-laki karena sebelumnya anaknya perempuan semua. Nama saya tidak sejenis dengan kakak-kakak saya yang semuanya berawalan G, dari Gita, Gina, dan Giska kecuali saya yang berawalan N, miriss.
Hari demi hari, saya tumbuh dan berkembang di pulau ini. Dari belum bisa apa-apa, hingga bisa berdiri dan bisa berbicara. Semua itu tidak lepas dari mama saya yang selalu sayang dengan saya, mama is my hero. Walaupun masih kecil saya sudah bisa pergi ke Singapura, tapi saya tidak bisa mengingat apapun mungkin pada saat itu saya masih bodoh. Dan pada tahun 1999, tepatnya saya 3tahun papa saya tiba-tiba di pindah tugaskan ke Prov.Lampung. Tapi langsung ke daerah pelosok yaitu kec. Pringsewu yang komunitas penduduknya tumpah di pasar. Tapi apa boleh buat, pasti saya selalu ikut orang tua saya karena saya makan dari mereka. Untuk pertama kali saya ke lembaga pendidikan yaitu Taman Kanak-Kanak atau TK pada umur 5 tahun.
MASA KANAK-KANAK
TK saya pada waktu itu adalah TK Aisyah III Pringsewu. Disana saya mulai mempelajari cara membaca, berhitung, bersosial dengan teman, dan yang paling banyak dipelajari yaitu belajar menyanyi tiap mau ngitung aja pakai nyanyian. Tapi saya tidak seperti teman saya yang mengalami 2 tahun duduk di bangku TK, saya hanya butuh satu tahun disana karena saya protes dengan ibu saya mengapa perosotan nya pendek, saya berpikir perosotan di SD lebih panjang dan itu menyenangkan. Maka saya memutuskan untuk loncat ke tingkat selanjutnya Sekolah Dasar(SD). Saya masuk SDN1 Pringsewu (lagi-lagi Pringsewu). Saya disini belajar lebih dalam tentang pengetahuan umum dan alam dan cara berhitungnya tidak pakai nyanyian lagi. Dan teman pun paling banyak saya dapatkan disini karena butuh 6tahun untuk keluar dari sekolah itu. Di SD ini saya juga merasakan atmosfer UN dan UAS, karena ini yang menentukan kita agar bisa keluar dari SD setelah 6tahun kayak udah di penjara. Setelah saya SD saya sudah merencanakan untuk merantau, yaitu ke Bandar Lampung untuk melanjutkan karier pendidikan saya yang lebih maju. Pilihan saya jatuh ke SMPN 2 B.Lampung. Untuk mewujudkan rencana ini, saya kerja keras mengikuti berbagai les seperti Primagama, privat di rumah juga. Dan ternyata tes PPDB SMPN2 B.Lampung bertabrakan dengan jadwal Ujian praktek di SD saya. Ini membuat pikiran saya galau. Tetapi balik lagi mama is my hero, ibu saya lah yang berjuang untuk bisa mengatasi masalah tersebut. Dan akhirnya semua tes itu di jalani dengan baik.

MASA REMAJA
Namun kembali ke nasib, nasib saya belum bisa menembus bangku di SMPN2 B.Lampung di tingkat RSBI. Ternyata SMPN2 B.Lampung kembali membuka kesempatan lewat jalur reguler. Namun kembali lagi ke nasib, saya juga tidak tembus di situ. Ternyata saya hanya bisa di SMPN23 B.Lampung. Tetapi karena niat dari pertama ingin merantau ke kota untuk masuk SMPN2 B.Lampung, akhirnya saya pindah pada kelas 7 semester 2 dengan status anak pindahan. Di SMP ini saya lebih mengenal lebih dalam tentang pengetahuan-pengetahuan dan tentunya tidak belajar bernyanyi lagi. Awal kepindahan saya masuk kelas 7B disana saya hanya bisa termenung karena tidak ada satupun yang saya kenal. Namun hari ke hari saya pun bisa beradaptasi dengan mereka yang ada di kelas itu. Start awal adaptasi merantau, saya mengakhiri semester dengan mendapat ranking 19.
Naik kelas ke kelas 8, saya semakin menjadi-jadi, dalam arti berpikir lebih luas. Saya masuk ke kelas 8B yang notaben campuran dari kelas 7A, 7B, dan 7C. Di kelas ini saya berjumpa lagi dengan Rahmat Ramadhan yang dulu sekelas saya di 7B. Dan pada saat itu saya duduk bersama dia. Ternyata kelas 8B jauh menyenangkan di bandingkan dengan kelas 7B, mungkin karena anak-anak nya yang mulai tumbuh alay. Di tingkat kelas ini lah, saya mulai berani menyalurkan bakat saya, dan ada hasilnya saya bisa mengikuti kompetisi futsal yaitu Walikota Cup walapun akhirnya kalah. Tapi itu merupakan pengalaman berarti karena sebelumnya saya tidak pernah mengalami seperti ini di Pringsewu.
Naik ke kelas 9, lagi-lagi saya berada di kelas B yaitu 9B. Dan lagi-lagi saya bertemu dengan Rahmat Ramadhan dan dia juga jadi teman sebangku saya "lagi". Dan kelas ini notaben nya dari kelas 8A, 8B, dan 8C. Disini saya sudah beranjak remaja mulai dari saya mengalami 'puber' seperti punya kumis mulai suka dengan lawan jenis. Disini banyak kenangan yang tidak akan dilupakan, kekompakan kelas 9 masa itu sangat terasa. Dan lagi-lagi saya harus menghadapi UN dan UAS untuk bisa keluar setelah 3tahun meluangkan waktu di SMP. Seperti halnya di SD dulu, untuk mempersiapkan UN saya mengikuti berbagai kegiatan bimbel. Pada saat itu saya bimbel di lembaga Ganesha Operation (GO). Disana saya bersama teman seperjuangan seperti Farhan, Annas, Rahmat, Yuda, dll. Saya mengikuti bimbel ini sekaligus untuk mempersiapkan masuk ke jenjang selanjutnya yaitu SMA. Setelah sudah mempersiapkan otak dengan baik, matang, dll waktu UN pun tiba pelajaran yang dikerjakan pun susah yakni B.Inggris, IPA, IPS, B.Indonesia, dan MTK. UN berlangsung selama 5hari masing-masing hari hanya 1 pelajaran. Dan alhamdulillah semua itu berjalan dengan baik dan lancar dengan sedikit "bantuan".
Dan ternyata anak-anak SMPN2 B.Lampung lulus dengan kelulusan 100%. Setelah UN perjuangan masih belum berakhir karena sibuk untuk masuk ke tingkat SMA. Yang pasti hampir seluruh siswa SMP ingin masuk SMANDA atau SMAN2 B.Lampung sebuah sekolah SMA yang menjadi favorit masyarakat B.Lampung khususnya. Dan kembali ke GO, dengan kursi seperti kuliah harus serius untuk bisa mendapatkan bangku di SMANDA.
Tes SMANDA mengalami 2 tahapan, yaitu tes akademik dan tes TOEIK. Alhamdulillah dengan puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha Kuasa, saya dapat masuk SMANDA dengan hasil yang cukup memuaskan yaitu 81,06. Ternyata banyak teman seperjuangan saya masuk, tetapi ada sahabat saya yang tidak bisa masuk yaitu M. Farhan Syahid. Tapi namanya kehidupan harus dijalani. Sebelum bisa disebut anak SMANDA, pastinya kita harus mengikuti MOS. Di kegiatan MOS saya berada di kelompok 'Peuyeum', di sana saya bersama M. Dimas Irfan Hartono. Kegiatan MOS yang paling berarti pada saat jalan menuju Lembah Hijau dan ternyata ajaran nyanyi dari guru TK saya keluar di SMA. Masing-masing kelompok disuruh untuk menyanyikan hymne dan mars SMAN2 B.Lampung.
Setelah MOS selesai, peserta MOS resmi disebut anak SMANDA. Pertama kali saya di kelas X.4 dan lagi-lagi bersama M.Dimas Irfan Hartono, semoga itu bukan jodoh. Saya juga sekelas dengan teman seperjuangan dulu, seperti Anas, Sena, Fahrian, Alda. Dan disini juga awal saya bertemu dengan Akbar Rismawan Tanjung (anak bu rez), di kelas X.4 ini saya mendapatkan banyak teman baru. Dari kelas X.4 ini lah saya akan memulai akan kemana pekerjaan saya nanti.
THE END ?